Testimoni Perkuliahan

Assalamualaikum Wr. Wb.
Mata kuliah Psikologi Pendidikan adalah mata kuliah yang sangat menarik untuk saya, hal ini karena memang saya berkeinginan untuk berkecimpung di dunia pendidikan. mungkin karena itulah, sehingga saya sangat tertarik. terlebih lagi saat melakukan tugas observasi, dan kebetulan sekali saya dapat observasi ke TK Sutomo, saya sangat menyukai anak-anak, sehinggganya, saya menjadi sangat bersemangat.
Pada perkuliahan Psikologi Pendidikan semester genap ini, kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga di lapangan, serta melalui media online seperti blog, email dan telegram. dalam beberapa kesempatan metodde belajar yang tidak monoton begini membuat kami selalu tertarik, meskipun kadang terdapat masalah dengan jaringan internet yang  tiba-tiba saja menjengkelkan.
Dengan metode belajar yang berbeda di setiap kesempatan, membuat mahasiswa tidak gampang jenuh dan terus bersemangat, selain itu juga mampu membuat mahasiswa melek teknologi, menuntut krestifitas, serta mampu mengatasi masalah yang mungkin dihadapi saat proses pengerjaan tugas.

Lporan Observasi








Rundown Kegiatan Observasi  (Jum’at, 31 Maret 2107)
·         07.45 s/d 08.00: Berdiskusi dengan dewan pengajar sebelum melakukan observasi.
·         08.00 s/d 08.15: Dewan pengajar membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa mandarin.
·         08.15 s/d 08.30: Dewan pengajar memeberikan latihan pada siswa
·         08.30 s/d 09.15: Dewan pengajar membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa indonesia.
·         09.15 s/d 09.30: Istirahat.
·         09.30 s/d 10.00: Tim observasi memberikan games kepada siswa.
·         10.30 s/d 11.00: Tim observasi memberikan beberapa pertanyaan pada siswa.

·         11.00                : Selesai
Sistematika Observasi
·         Kelompok tiba di TK Sutomo 2 pada pukul 07.40dan langsung menuju ruang kepala sekolah untuk melakukan diskusi dan meminta izin pemakaian kelas dengan tujuan untuk dapat melakukan sebuah observasi sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar di sekolah.
·          Pukul 08.00 anak-anak sudah duduk rapi didalam kelas dan siap untuk belajar. Kelas dipimpin oleh dua dewan pengajar, salah seorang dewan pengajar membuka kelas dengan bernyanyi menggunakan bahasa mandari yang sepertinya sudah sangat dihafal oleh para siswa, karena mereka dapat mengikuti nyanyian dewan pengajar tersebut dengan baik.   


Dewan pengajar tersebut kemudian mengeluarkan buku panduan yang dimiliki semua siswa, lalu membimbing para siswa untuk mengeja menggunakan bahasa mandarin dengan alat bantu gambar yang sudah tersedia di buku panduan tersebut. Setelah itu dewan pengajar menjelaskan maksud gembar tersebut dengan metode cerita, adapun topik yang dibahas di bukunpanduan tersebut mengenai petir.

Setelah itu dewan pengajar kembali mengajak siswa untuk bernyanyi, tetap menggunakan bahasa mandarin, yang juga sudah dihafal dengan baik oleh para siswa.
·         Pukul 08.15 para siswa diberi latihan menulis dengan tulisan sambung seperti yang dicontohkan oleh dewan pengajar dipapan tulis. Setelah itu dewan pengajar juga memberika latihan menghitung kepada para siswa.
·          Pukul 08.30  anak-anak sudah siap melakukan latihan yang diberikan oleh dewan pengajar. Kelas kemudian dipimpin oleh dewan pengajar untuk bernyanyi, namun kali ini menggunakan bahasa indonesia akan tetapi beberapa siswa masih kesusahan untu mengikuti dikarenakan beberapa dari mereka menggunakan bahasa mandarin sebagai bahasa dasar dilingkungan keluarga mereka, akan tetapi tidak ada kendala yang sangat berarti karena beberapa murid yang mampu mengikuti dengan baik tetap bersemangat bernyanyi sehingga menutupi kekuranagn dari teman-temannya yang tidak lancar.
Kelas ini sangant cocok dijadikan sebagai contoh kelas multikultural, dikarenakan aanya perbedaan suku dan ras baik diantara dewan pengajar dan siswa, akan tetapi kelas tetap berjalan dengan baik tanpa membedan ras yang satu dengan ras yang lain, bahkan siswa mampu dalam beradaptasi dengan kehadiran tim observasi sekalipun berasal dari ras ataupun suku yang berbeda dengan siswa tersebut. Akan tetapi para siswa tetap mau bermain bersama personel dari tim observasi.
Setelah bernyanyi dewan pengajar bantuan buku panduan mengajak siswa untuk mengeja menggunakan bahasa indonesia, dengan tema yang sama yaitu petir, dan dengan metode yang sama juga. Hal ini juga membantu tim observasi yang tidak bisa berbahasa mandarin memahami apa yang diajarkan dewan pengajar pada sesi pertama kepada siswanya. Dan hali ini sekaligus membantu melatih para siswa yang masih belum terbiasa menggunakan bahasa indonesia.  Kemudian kelas kembali dilanjutkan dengan bernyanyi yang dipandu oleh dewa pengajar, tetap menggunakan bahasa indonesia.
·         Pukul 09.15 siswa beristirahat dan memakan bekal-bekal yang telah dibawa mereka dari rumah. Beberapa siswa ada yang disediakan oleh sekolah.
·         Pukul 09.30 siswa yang sudah selesai makan sudah bersiap untuk melanjutkan pelajaran. Kali ini tim observasi dipersilahkan oleh dewan pengajar untuk memimpin kelas, dan kesempatan ini tim observasi gunakan untuk memeberikan games. Dimana sebelum games dimulai tim observasi memnjanjikan hadiah bagi pemenang games.
Tujuan diadakan games adalah, (1) untuk melihat jiwa kompetitif para siswa terkait dengan hadiah yang diperebutkan, yang mana tim observasi mengiming-imingi siswa dengan coklat. (2) untuk melihat jiwa kejujuran yang ada pada siswa, yang mana tim observasi mempersilahkan siswa yang gagal untuk tidak mengikuti babak selanjutnya, tanpa diperintahkan oleh tim observasi.
Games dimulai dengan salah seorang tim dari tim observasi meminta siswa untuk berdiri dan kemudian menjelaskan games yang akan dimainkan, yakni games ‘Topi Saya Bundar”. Games dilakukan dengan menyanyikan lagu topi saya bundar dengan gerakan yang sudah diperagakan oleh tim observasi, akan tetapi pada saat bernyanyi tim observasi yang memimpin games akan memeperagakan gerakan yang salah. Apa bila ada siswa yang melakukan gerakan yang salah maka tim observasi akan mempersilahkan yang salah untuk duduk. Kemudian games dilanjtkan dengan siswa yang masih bertahan.
Beberapa siswa yang gagal tidak mau untuk duduk dikarenakan dua hal (1) siswa tidak mengerti dengan games yang dimainkan, yang diketahui dari raut wajah siswa yang kebingungan selama mengikuti games. (2) siswa menginginkan hadiah tersebut, yang diketahui dari aktifnya siswa mengikuti games akan tetapi ketika ia salah ia tak mau untuk duduk. Games diakhiri dengan pemberian hadiah kepada beberpa siswa yang mampu bertahan.

·         Pukul 10.30 tim obervasi melanjutkan kesempatan yang diberikan oleh dewan pengajar dengan memberikan quiz berupa teka-tekiguna melatih critical thinking mereka. Quiz yang diberikan berkaitan dengan buah-buahan dan hewan, dimana tim observasi yang memberikan quiz menjelaskan ciri-ciri dari buah atau hewan tersebut. Kemudian meminta siswa yang mengetahui jawabannya untuk mengangkat tangan sebelum menjawab. Siswa yang menjawab dengan benar kali ini diberi hadiah permen.
Siswa yang dalam kesempatan sebelumnya gagal mendapatkan coklat sangat antusias untuk menjawab teka-teki yang diberikan oleh tim observasi, bahkan mereka yang berhasil pada sesi games tak mau ketinggalan untuk menjawab pertanyaan. Sesi quiz pun diakhiri begitu permen yang disediakan habis, dan setiap siswa mendapat kesempatan untu menjawab.
·         Pukul 11.00 kegiatan observasi pun diakhiri dengan sesi foto bersama dengan siswa dan guru. Dilanjutakan dengan perginya ke ruang kepala sekolah untuk dapat mengucapakan kata terima kasih kepada kepala sekolah yang bersangkutan atas kerja samanya sehingga proses observasi dapat belajalan dengan lancar.

Testimoni ketika observasi:

Anthony: Gurunya ramah sampai mengantar kami ke kelas yang diajari olehnya. Anak muridnya KAWAII semua. Waktu ku membantu Fadhil dalam memberikan arahan kepada murid terhadap gamesnya, kami mengalami kesulitan karena mereka kurang fasi
Flo:Gurunya membantu kami berkomunikasi dengan anak anak dengan bahasa mandarin. Kami butuh belajar bahasa mandarin ahahaha.
Syifa:Keaktifan anak-anak yang bersemangat ingin mendapat coklat dan permen. Padahal sebelumnya ngak bersemangat mereka. Tapi mereka tetep juga lucu.
Fadhil:Biarpun mereka awalnya bingung mengikuti saya ketika bernyanyi dan mengikuti gerakan, tetapi mereka cukup aktif. Pertama-tama waktu diarahkan mereka semua bengong.
Fajri Zahara: anak anak sangat menyenangkan dan ramah pada kami, walaupun awalnya malu malu.
Farah: anak anaknya mau diajak bekerja sama, terumata urusan foto. Mereka sangat ramah pada kami. Waktu diteriaki “Ayok foto adik-adik” wuih… langsung semua ngumpul berderet hahaha.
Larasati: Wes keren lah anak-anak sutomo ini, walau kurang bisa bahasa Indonesia cuman pemantapan bahasa inggris, mandarin, dan cina mereka keren. Salut dah ama mereka.


Motivasi

Studi motivasi difokuskan pada proses yang memberi energy, arah, dan mempertahankan perilaku.
A. Perspektif Motivasi
1.      Perspektif behavioral tentang motivasi menekankan bahwa imbalan dan hukuman eksternal adalah faktor utama yang menentukan motivasi murid. Insentif adalah stimuli atau kejadian positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid.
2.      Perspektif humanities menekankan kapasitas pertumbuhan personal kita, kebebasan kita untuk memilih nasib, dan kualitas positif kita. Menurut perspektif humanisties Maslow, ada hierarki motif, dan kebutuhan murid harus dipuaskan dalam urutan tertentu. Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dan tersulit dalam hierarki Maslow, melibatkan motivasi untuk mengembangkan potensi manusia secara penuh.
3.      Dalam perspektif kognitif tentang motivasi, pikiran murid akan memandu motivasi mereka. Perspektif kognitif memfokuskan diri pada motivasi internal untuk meraih sesuatu, atribusi, keyakinan murid bahwa mereka dapat mengontrol lingkungfan mereka secara efektif, dan dapat menentukan tujuan, merencanakan, dan memonitor kemajuan mereka ke arah tujuan. Perspektif kognitif mirip dengan konsep motivasi kompetensi R. W. White.
4.      Perspektif sosial menekankan perlunya afiliasi.
B. Sumber  Motivasi
1.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsic adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Secara keseluruhan, kebanyakan pakar merekomendasikan agar guru menciptakan atmosfer kelas di mana murid dapat termotivasi secara intrinsic untuk belajar. Salah satu pandangan dari motivasi intrinsic menekankan karakteristik determinasi diri. Memberi murid beberapa pilihan dan memberi banyak kesempatan untuk tanggung jawab personal akan meningkatkan motivasi intrinsic. Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk mendeskripsikan pengalaman hidup yang optimal, yang melibatkan penguasaan dan konsentrasi kuat dalam suatu aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area di mana murid ditantang dan menganggap diri mereka mampu menghadapuinya.
2.      Motivasi Ekstinsik
Motivasi ekstrinsic adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk ke tujuan). Dalam  beberapa situasi, hadiah dapat melemahkan kinerja. Ketika hadiah dipakai, hadiah itu harus mengandung informasi tentang penguasaan tugas, bahkan sebagai control eksternal. Para periset telah menemukan bahwa saat murid berpindah dari SD ke SMP dan SMA, motivasi intrinsic mereka terus menurun, terutama selama SMP. Konsep kesesuaian lingkungan-person menimbulkan perhatian pada kurangnya kesesuaian antara minat remaja pada kemandirian dan control sekolah yang makin ketat, yang menyebabkan evaluasi dan sikap negative terhadap sekolah.
3.      Teori Atribusi
Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk menemukan sebab sebab dari perilaku dalam rangka memahami perilaku. Weiner mengidentifikasi tiga dimensi atribusi kausal :
1)      Lokus
2)      Stabilitas
3)      Daya control
Kombinasi dari tiga dimensi ini menghasilkan penjelasan berbeda tentang kesuksesan dan kegagalan. Orientasi penguasaan (mastery) berfokus pada yugas bukan pada kemampuan, dan melibatkan sikap positif dan strategi berorientasi solusi. Orientasi helpless fokus pada kelemahan personal, menghubungkan kesulitan dengan kekurangan kemampuan, dan menunjukkan sikap negative (seperti bosan dan rasa cemas). Orientasi kinerja memperhatijkan hasil daripada proses pencapaiannya.
4.      Kecakapan Diri
Self ecafacy adalah keyakian bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Bandura percaya bahwa kecakapaan diri adalah faktor penting yang mempengaruhi prestasi murid. Schunk berpendapat bahwa kecakapan diri mempengaruhi pilihan tugas oleh murid, dan bahwa murid dengan kecakapan yang rendah mungkin akan menghindari banyak tugas pelajaran, terutama yang menantang atau sulit. Strategi instruksional yang menekankan “aku bisa melakukannya” akan bermanfaat bagi murid. Guru dengan kecakapn diri yang rendah menjadi bingu8ng oleh problem di kelas. Menentukan tujuan yang spesifik, jangka pendek dan menantang akan bermanfaat bagi kecakapan diri dan prestasi murid. Dweck dan Nichols mendefinisikan tujuan dari segi fokus yang berhubungan dengan prestasi langsung dan definisi sukses. Menjadi perencana yang baik berarti mampu mengelola waktu secara efektif, menentukan priioritas, dan mampu menata. Memberikan kesempatan pada murid untuk mengembangkan keahlian manajemen waktu akan bermanfaat bagi pembelajaran dan prestasi mereka. Monitoring diri adalah aspek utama dari pembelajaran dan prestasi.
5.      Kecemasan
Kecemasan yang tinggi dapat berasal dari ekspektasi orang tua yang tidak realistis. Kecemasan murid bertambah ketika mereka semakin tua dan menghadapi banyak evaluasi, perbandingan sosial, dan kegagalan (bagi beberapa murid). Program kognitif yang mengganti pemikiran yang tidak merugikan diri sendiri dengan pemikiran yang konstruktif dan positif akan lebih efektif untuk meningkatkan prestasi ketimbang menggunakan program relaksasi.
6.       Ekspektasi guru
Ekspektasi guru  mampu sangat mempengaruhi motivasi dan prestasi murid
C. Menjangkau Murid yang Tidak Tertarik atau Teralienasi
            Berikut ini beberapa cara untuk mendekati murid yang tidak tertarik atau teralienasi (Brophy, 1998) :
  1. Kembangkan hubungan positif dengan murid. Jika murid yang tidak tertarik belajar itu tidak menyukai Anda, maka akan sulit untuk mengajaknya mencapai tujuan pembelajaran. Tunjukkan kesabaran, tetapi terus bantu murid dan dorong untuk terus maju walaupun kadang ada kemunduran atau penolakan.
  2. Buat suasana di sekolah menjadi menarik. Agar sekolah menjadi menarik bagi murid jenis ini, cari tahu apa yang menarik bagi jurid tersebut dan jika dimungkinkan masukkan minat murid itu dalam tugas untuk mereka.
  3. Ajari mereka strategi untuk membuat belajar menjadi menyenangkan. Bantu mereka memahami bahwa mereka sendirilah yang menyebabkan masalah, dan cari jalan untuk membimbing mereka agar bangga dengan hasil kerja keras mereka sendiri.
  4. Pertimbangkan penggunaan mentor. Pikirkan tentang kemungkinan penggunaan bantuan mentor dari komunitas atau dari murid yang lebih tua yang Anda percaya akan dihormati oleh murid yang tak tertarik atau teralienasi itu.

Resume 2 : Inteligensi

Inteligensi
A. Pandangan Awam Tentang Inteligensi
     Inteligensi adalah istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun memampuan untuk memecahkan problem yg dihadapi.
Ciri-ciri  perilaku :
1.      Inteligen tinggi : kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas tinggi dan imajinasi yang berkembang
2.      Inteligen rendah : perilaku lamban, tidak cepat mengerti, kurang mampu menyelesaikan problem mental yang sederhana
B. Definisi Inteligensi Menurut Para Ahli
1.      Terman : kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak
2.      Thorndike : kemampuan dalam memberikan respon yg baik dari pandangan kebenaran atau fakta
3.      Wechsler : inteligensi sebagai totalitas kemampuan seseorang utk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif
4.      Flynn : kemampuan berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman

C. Perbedaan Pandangan Awam dengan Ahli
1.        Pandangan awam :
1. Kemamp praktis untuk pemecahan masalah
·      Nalar yang baik
·      Melihat hubungan diantara berbagai hal
·      Melihat aspek permasalahan secara menyeluruh
·      Pikiran terbuka
2.      Kemampuan verbal
·         Berbicara dg artikulasi yang baik dan fasih
·         Berbicara lancar
·         Punya pengetahuan di bidang tertentu

3.      Kompetensi sosial
·         Menerima orang lain seperti adanya
·         Mengakui kesalahan
·         Tertarik pada masalah sosial
·         Tepat waktu bila berjanji

4.        Pandangan ahli :
1. Kemamp praktis untuk pemecahan masalah
·      Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yg dihadapi
·      Mengambil keputusan tepat
·      Menyelesaikan masalah secara optimal
·      Menunjukkan pikiran jernih

2. Inteligensi  verbal
·         Kosakata baik
·         Membaca dengan penuh pemahaman
·         Ingin tahu secara intelektual
·         Menunjukkan keingintahuan
3. Inteligensi Praktis
·         Tahu situasi
·         Tahu cara mencapai tujuan
·         Sadar terhadap dunia sekeliling
·         Menunjukkan minat terhadap dunia luar

D. Keberhasilan dalam belajar
     1. Faktor internal
         Fisik : panca indera, kondisi fisik
        Psikologis
           - Non Kognitif : (minat,motivasi,kepri)
           - Kognitif : bakat, inteligensi
     2. Faktor eksternal
         Fisik : Kondisi tempat belajar, sarana dan perleng-
                kapan belajar, materi belajar, kondisi lingk belj
         Sosial : dukungan sosial, pengaruh budaya
E. Faktor-faktor Inteligensi
     1. William Stern (Uni Factor Theory)/Teori kapasitas umum
          Inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum, cara kerja inteligensi juga bersifat      umum. Kapasitas umum timbul akibat pertumbuhan fisiologis dan akibat belajar.
     2. Spearman :       (Two Factors Theory)
             Faktor Umum (G faktor) yg menentukan apakah seseorang itu secara umum bodoh atau pandai
             Faktor khusus (S faktor) yg menentukan kepandaian seseorang dalam bidang tertentu, seperti fisika, bahasa
     3. E.L. Thorndike : Multi Factors Theory
         Inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu.
     4. Thurstone: Primary Mental Abilities (7 faktor)
l  Pengertian verbal
l  Kemampuan angka
l  Penglihatan keruangan
l  Kemampuan penginderaan
l  Ingatan
l  Penalaran
l  Kelancaran kata
     5. Thomson
         Inteligensi mengandung banyak sekali faktor yg masing-masing  bebas dan berdiri sendiri, tapi faktor yang berfungsi pada suatu saat tertentu hanyalah sebagian kecil saja dari keselluruhan faktor yg ada
F. Tes inteligensi
1. Tes Individual
a.       Tes Binet
Tahun 1904: Alfred Binet diminta pemerintah Prancis menyusun metode untuk identifikasi anak yang tidak mampu belajar di sekolah (bersama Theophile Simon). Tes ini disusun berdasarkan konsep inteligensi Stern . hasilnya adalah anak yang kurang mampu belajar di sekolah umum akan dialihkan ke sekolah khusus. Pada tahun 1905  berhasil disusun Skala dan terdiri dari 30 item.
Binet mengembangkan konsep :
                Mental Age (MA)
MA : usia mental, level perkembangan mental indv yg beraitan dengan perkembangan lain
William Stern menciptakan konsep (1912)
         Intellegence Quotient (IQ) =
         IQ = MA/CA X 100
·           Jika usia mental sama dengan usia kronologis, IQ = 100
·           Usia mental dapat berbeda dengan usia kronologis
·           Bila usia mental di atas usia kronologis maka IQ > 100
·           Bila usia mental di bawah usia kronologis maka IQ < 100
     Tes Binet mengalami revisi berkali2, disebut : Stanford-Binet . Tes binet untuk usia 2 tahun hingga dewasa.

b.      Skala Wechsler Oleh David Wechsler
·         Memperkenalkan IQ verbal dan IQ Performance
·         WPPSI-R: Wechsler Preschool dan Primary Sale of Intelligence-Revised utk usia 4 – 6,5 thn
·         WISC-R: Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised utk usia 6 – 16 thn
·         WAIS-R: Wechsler Adult Intelligence Scale – Revised

2. Tes Kelompok
·         Lorge-Thorndike Intelligence Tests
·         Kuhlman-Anderson Intelligence Tests
·         Otis-Lennon School Mental abilities
Tes Individual
-       Kurang ekonomis
-       Pemahaman murid akan
 lebih baik
-       Dapat menyusun laporan
 individual
-       Dapat mengukur tingkat
 kecemasan murid
Tes kelompok
-       Lebih nyaman bg anak
-       Ekonomis
-       Pemahaman murid mungkin
 terbatas
-       Tidak dapat disusun
 laporan individual
-       Tidak dapat mengukur
 tingkat kecemasan murid


Reume 1 : Pendidikan Multikultural

A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural
Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).
Ibrahim,rustam (2013) "PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam"  7 (1), 129
B. Fokus Pendidikan Multikultural
Menurut James Banks yang dikenal sebagai perintis pendidikan multikultural, penekanan dan perhatian difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa harus diajari memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbda-beda (Banks, 1993).
C. Ciri Pendidikan Multicultural
Tujuannya membentuk“manusia budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya 
2) materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis 
3) metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis
4) evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah laku terhadap budaya lainnya
D. Paradigma Pendidikan Multi cultural
Pendidikan multi cultural menurut Zamroni (2011) adalah:
  1. pendidikan multikultural adalah jantung untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi seluruh warga masyarakat.
  2. pendidikan multikultural bukan hanya sekedar mengubah kurikulum saja ataupun perubahan metode belajar.
  3. pendidikan multikultural mentransformasi kesadaran ke arah kemana transformasi praktik pendidikan harus dituju.
  4. pengalaman menunjukan bahwa upaya mempersempit kesenjangan pendidikan salah arah yang justru menciptakan ketimpangan semakin membesar.
Paradigma pendidikan multikultural bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan dalam kehidupan bersama. Pendidikan multi cultural seharusnya diterapkan di Indonesia mengingat bahwa masyarakatnya yang heterogen. Langkah awal dalam evaluasi adalam merumuskan standar kompetensi pendidikan multikultural yang selanjutnya dari standar kompetensi ini dijabarkan lebih lanjut dalam kompetensi dasar .
Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: horizontal dan vertikal. Dalam perspektif horizontal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan budayanya.  Sementara, dalam perspektif vertikal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat social budaya
E. Pendekatan Pendidikan Multikultural
Menurut Santrock :
1.         Pengajaran yang relevan secara cultural
            Pengajaran yang relevan secara cultural adalah aspek penting dari pendidikan multicultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang cultural dari pelajar.
  1. Pendidikan yang berpusat pada isu
            Dalam pendekatan ini murud diajari secara    sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.
Menurut Hermandez ada 4 pendekatan untuk menerapkan pendidikan multikultural, yaitu:
  1. Pendekatan kontribusi
  2. Pendekatan tambahan
  3. Pendekatan transformasi
  4. Pendekatan aksi sosial
F. Wacana Pendidikan Multikulturalisme
Di Indonesia wacana pendidikan multikultural masih dipandang relatif baru dikenal sebagai metode pendekatan permasalahan bagi masyarakat yang heterogin. Pada masa otonomi dan desentralsisasi yang telah diberlakukan sejak 1999 hingga sekarang, pemberlakuan pendidikan multikultural sejalan dengan misi pengembangan demokrasi yang dikonsepsikan melalui pelaksanaan otonomi daerah.
Namun jika otonomisasi kekuasaan daerah tidak dilaksanakan dengan baik justeru dapat menjerumuskan kita ke arah perpecahan.
Wacana pendidikan multikultural atau pendidikan berwawasan multikulturalisme dimaksudkan untuk merespon dampak perkembangan globalisasi, dan fenomena konflik etnis, sosial budaya, yang sering muncul di kalangan masyarakat Indonesia yang berwajah multikultural.
Kerawanan konflik ini sewaktu – waktu bisa timbul akibat suhu politik, agama, sosio budaya yang memanas. Penyebab konflik sangat kompleks namun sering disebabkan karena perbedaan etnis, agama, ras.
Kasus perbedaan SARA yang pernah terjadi di tanah air belum lama ini misalnya konflik Ambon, Poso, dan konflik etnis Dayak dengan suku Madura di Sampit. Banyak lagi kasus semacam yang belum kita ketahui atau belum terpublikasi media masa.
Pengalaman kejadian itu menjadi catatan bagi kita semua terutama bagi kalangan pendidikan untuk mengkaji dan mencarikan jalan pemecahannya. Peran pendidikan disini setidaknya memberikan penyadaran (consciousness) kepada masyarakat bahwa pemecahan masalah melalui konflik bukan suatu cara yang baik dan tidak perlu dibudayakan.
Untuk itu pendidikan formal harus mampu memberikan tawaran-tawaran pembelajaran yang mencerdaskan, misalnya mendisain materi, metode, kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat atau peserta didik akan pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan suku, ras, agama dan budaya.
Pendidikan yang kini dibutuhkan bangsa Indonesia yang multikultural adalah pendidikan yang memberikan peran sebagai media transformasi budaya (transformation of culture) dan transformasi pengetahuan (transformation of knowledge). Selama ini pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada perannya sebagai media transformasi pengetahuan.

Daftar Pustaka
Santrock, J.W. 2004. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media
Banks, James A. (2002). An introduction to multicultural education. Boston: Allyn and Bacon.
Hermandez, 2001. Multicultural Education. A Teacher’s Guide to Linking Context, Process, and
Content (2nd ed). New York, Culombia, Ohio, USA: Merril Prentice Hall.
Mamesha, A. (2017, 4 2). Paradigma pendidikan. Retrieved from academia.edu: http://www.academia.edu/7259216/PARADIGMA_PENDIDIKAN_BERWAWASAN_GLOBAL