Assalamualaikum Wr. Wb.
Mata kuliah Psikologi Pendidikan adalah mata kuliah yang sangat menarik untuk saya, hal ini karena memang saya berkeinginan untuk berkecimpung di dunia pendidikan. mungkin karena itulah, sehingga saya sangat tertarik. terlebih lagi saat melakukan tugas observasi, dan kebetulan sekali saya dapat observasi ke TK Sutomo, saya sangat menyukai anak-anak, sehinggganya, saya menjadi sangat bersemangat.
Pada perkuliahan Psikologi Pendidikan semester genap ini, kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga di lapangan, serta melalui media online seperti blog, email dan telegram. dalam beberapa kesempatan metodde belajar yang tidak monoton begini membuat kami selalu tertarik, meskipun kadang terdapat masalah dengan jaringan internet yang tiba-tiba saja menjengkelkan.
Dengan metode belajar yang berbeda di setiap kesempatan, membuat mahasiswa tidak gampang jenuh dan terus bersemangat, selain itu juga mampu membuat mahasiswa melek teknologi, menuntut krestifitas, serta mampu mengatasi masalah yang mungkin dihadapi saat proses pengerjaan tugas.
Lporan Observasi
·
07.45 s/d 08.00: Berdiskusi dengan dewan
pengajar sebelum melakukan observasi.
·
08.00 s/d 08.15: Dewan pengajar
membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa mandarin.
·
08.15 s/d 08.30: Dewan pengajar
memeberikan latihan pada siswa
·
08.30 s/d 09.15: Dewan pengajar
membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa indonesia.
·
09.15 s/d 09.30: Istirahat.
·
09.30 s/d 10.00: Tim observasi
memberikan games kepada siswa.
·
10.30 s/d 11.00: Tim observasi
memberikan beberapa pertanyaan pada siswa.
·
11.00 : Selesai
Sistematika Observasi
·
Kelompok tiba
di TK Sutomo 2 pada pukul 07.40dan langsung menuju ruang kepala sekolah
untuk melakukan diskusi dan meminta izin pemakaian kelas dengan tujuan untuk
dapat melakukan sebuah observasi sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar
di sekolah.
·
Pukul
08.00 anak-anak sudah duduk rapi didalam kelas dan siap untuk belajar. Kelas dipimpin oleh dua dewan pengajar, salah seorang
dewan pengajar membuka kelas dengan bernyanyi menggunakan bahasa mandari yang
sepertinya sudah sangat dihafal oleh para siswa, karena mereka dapat mengikuti
nyanyian dewan pengajar tersebut dengan baik.
Dewan pengajar tersebut kemudian mengeluarkan buku panduan yang dimiliki semua siswa, lalu membimbing para siswa untuk mengeja menggunakan bahasa mandarin dengan alat bantu gambar yang sudah tersedia di buku panduan tersebut. Setelah itu dewan pengajar menjelaskan maksud gembar tersebut dengan metode cerita, adapun topik yang dibahas di bukunpanduan tersebut mengenai petir.
Dewan pengajar tersebut kemudian mengeluarkan buku panduan yang dimiliki semua siswa, lalu membimbing para siswa untuk mengeja menggunakan bahasa mandarin dengan alat bantu gambar yang sudah tersedia di buku panduan tersebut. Setelah itu dewan pengajar menjelaskan maksud gembar tersebut dengan metode cerita, adapun topik yang dibahas di bukunpanduan tersebut mengenai petir.
Setelah itu dewan pengajar kembali mengajak siswa untuk bernyanyi, tetap
menggunakan bahasa mandarin, yang juga sudah dihafal dengan baik oleh para
siswa.
·
Pukul 08.15
para siswa diberi latihan menulis dengan tulisan sambung seperti yang
dicontohkan oleh dewan pengajar dipapan tulis. Setelah itu dewan pengajar juga
memberika latihan menghitung kepada para siswa.
·
Pukul
08.30 anak-anak sudah siap melakukan latihan yang diberikan oleh dewan
pengajar. Kelas kemudian dipimpin oleh dewan
pengajar untuk bernyanyi, namun kali ini menggunakan bahasa indonesia akan
tetapi beberapa siswa masih kesusahan untu mengikuti dikarenakan beberapa dari
mereka menggunakan bahasa mandarin sebagai bahasa dasar dilingkungan keluarga
mereka, akan tetapi tidak ada kendala yang sangat berarti karena beberapa murid
yang mampu mengikuti dengan baik tetap bersemangat bernyanyi sehingga menutupi
kekuranagn dari teman-temannya yang tidak lancar.
Kelas ini sangant cocok dijadikan sebagai contoh kelas multikultural,
dikarenakan aanya perbedaan suku dan ras baik diantara dewan pengajar dan
siswa, akan tetapi kelas tetap berjalan dengan baik tanpa membedan ras yang
satu dengan ras yang lain, bahkan siswa mampu dalam beradaptasi dengan
kehadiran tim observasi sekalipun berasal dari ras ataupun suku yang berbeda
dengan siswa tersebut. Akan tetapi para siswa tetap mau bermain bersama
personel dari tim observasi.
Setelah bernyanyi dewan pengajar bantuan buku panduan mengajak siswa
untuk mengeja menggunakan bahasa indonesia, dengan tema yang sama yaitu petir,
dan dengan metode yang sama juga. Hal ini juga membantu tim observasi yang
tidak bisa berbahasa mandarin memahami apa yang diajarkan dewan pengajar pada
sesi pertama kepada siswanya. Dan hali ini sekaligus membantu melatih para
siswa yang masih belum terbiasa menggunakan bahasa indonesia. Kemudian kelas kembali dilanjutkan dengan
bernyanyi yang dipandu oleh dewa pengajar, tetap menggunakan bahasa indonesia.
·
Pukul 09.15 siswa beristirahat dan
memakan bekal-bekal yang telah dibawa mereka dari rumah. Beberapa siswa ada
yang disediakan oleh sekolah.
·
Pukul 09.30 siswa yang sudah selesai
makan sudah bersiap untuk melanjutkan pelajaran. Kali ini tim observasi
dipersilahkan oleh dewan pengajar untuk memimpin kelas, dan kesempatan ini tim
observasi gunakan untuk memeberikan games. Dimana sebelum games dimulai tim
observasi memnjanjikan hadiah bagi pemenang games.
Tujuan diadakan games adalah, (1) untuk
melihat jiwa kompetitif para siswa terkait dengan hadiah yang diperebutkan,
yang mana tim observasi mengiming-imingi siswa dengan coklat. (2) untuk melihat
jiwa kejujuran yang ada pada siswa, yang mana tim observasi mempersilahkan
siswa yang gagal untuk tidak mengikuti babak selanjutnya, tanpa diperintahkan
oleh tim observasi.
Games dimulai dengan salah seorang tim
dari tim observasi meminta siswa untuk berdiri dan kemudian menjelaskan games
yang akan dimainkan, yakni games ‘Topi Saya Bundar”. Games dilakukan dengan
menyanyikan lagu topi saya bundar dengan gerakan yang sudah diperagakan oleh
tim observasi, akan tetapi pada saat bernyanyi tim observasi yang memimpin games
akan memeperagakan gerakan yang salah. Apa bila ada siswa yang melakukan
gerakan yang salah maka tim observasi akan mempersilahkan yang salah untuk
duduk. Kemudian games dilanjtkan dengan siswa yang masih bertahan.
Beberapa siswa yang gagal tidak mau untuk
duduk dikarenakan dua hal (1) siswa tidak mengerti dengan games yang dimainkan,
yang diketahui dari raut wajah siswa yang kebingungan selama mengikuti games.
(2) siswa menginginkan hadiah tersebut, yang diketahui dari aktifnya siswa
mengikuti games akan tetapi ketika ia salah ia tak mau untuk duduk. Games
diakhiri dengan pemberian hadiah kepada beberpa siswa yang mampu bertahan.
·
Pukul 10.30 tim obervasi melanjutkan
kesempatan yang diberikan oleh dewan pengajar dengan memberikan quiz berupa
teka-tekiguna melatih critical thinking mereka. Quiz yang diberikan berkaitan
dengan buah-buahan dan hewan, dimana tim observasi yang memberikan quiz
menjelaskan ciri-ciri dari buah atau hewan tersebut. Kemudian meminta siswa
yang mengetahui jawabannya untuk mengangkat tangan sebelum menjawab. Siswa yang
menjawab dengan benar kali ini diberi hadiah permen.
Siswa yang dalam kesempatan sebelumnya
gagal mendapatkan coklat sangat antusias untuk menjawab teka-teki yang
diberikan oleh tim observasi, bahkan mereka yang berhasil pada sesi games tak
mau ketinggalan untuk menjawab pertanyaan. Sesi quiz pun diakhiri begitu permen
yang disediakan habis, dan setiap siswa mendapat kesempatan untu menjawab.
·
Pukul 11.00 kegiatan observasi pun diakhiri
dengan sesi foto bersama dengan siswa dan guru. Dilanjutakan dengan perginya ke
ruang kepala sekolah untuk dapat mengucapakan kata terima kasih kepada kepala
sekolah yang bersangkutan atas kerja samanya sehingga proses observasi dapat
belajalan dengan lancar.
Testimoni ketika observasi:
Anthony: Gurunya ramah sampai mengantar kami ke kelas yang diajari olehnya.
Anak muridnya KAWAII semua. Waktu ku membantu Fadhil dalam memberikan arahan
kepada murid terhadap gamesnya, kami mengalami kesulitan karena mereka kurang
fasi
Flo:Gurunya membantu kami berkomunikasi dengan anak anak dengan bahasa
mandarin. Kami butuh belajar bahasa mandarin ahahaha.
Syifa:Keaktifan anak-anak yang bersemangat ingin mendapat coklat dan
permen. Padahal sebelumnya ngak bersemangat mereka. Tapi mereka tetep juga
lucu.
Fadhil:Biarpun mereka awalnya bingung mengikuti saya ketika bernyanyi dan
mengikuti gerakan, tetapi mereka cukup aktif. Pertama-tama waktu diarahkan
mereka semua bengong.
Fajri Zahara: anak anak sangat
menyenangkan dan ramah pada kami, walaupun awalnya malu malu.
Farah: anak anaknya mau diajak bekerja
sama, terumata urusan foto. Mereka sangat ramah pada kami. Waktu diteriaki
“Ayok foto adik-adik” wuih… langsung semua ngumpul berderet hahaha.
Larasati: Wes keren lah anak-anak sutomo
ini, walau kurang bisa bahasa Indonesia cuman pemantapan bahasa inggris,
mandarin, dan cina mereka keren. Salut dah ama mereka.
Motivasi
Studi
motivasi difokuskan pada proses yang memberi energy, arah, dan mempertahankan
perilaku.
A.
Perspektif Motivasi
1. Perspektif
behavioral tentang motivasi menekankan bahwa imbalan dan hukuman eksternal
adalah faktor utama yang menentukan motivasi murid. Insentif adalah stimuli
atau kejadian positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid.
2. Perspektif
humanities menekankan kapasitas pertumbuhan personal kita, kebebasan kita untuk
memilih nasib, dan kualitas positif kita. Menurut perspektif humanisties
Maslow, ada hierarki motif, dan kebutuhan murid harus dipuaskan dalam urutan
tertentu. Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dan tersulit dalam hierarki
Maslow, melibatkan motivasi untuk mengembangkan potensi manusia secara penuh.
3. Dalam
perspektif kognitif tentang motivasi, pikiran murid akan memandu motivasi
mereka. Perspektif kognitif memfokuskan diri pada motivasi internal untuk
meraih sesuatu, atribusi, keyakinan murid bahwa mereka dapat mengontrol
lingkungfan mereka secara efektif, dan dapat menentukan tujuan, merencanakan,
dan memonitor kemajuan mereka ke arah tujuan. Perspektif kognitif mirip dengan
konsep motivasi kompetensi R. W. White.
4. Perspektif
sosial menekankan perlunya afiliasi.
B.
Sumber Motivasi
1. Motivasi
Intrinsik
Motivasi
intrinsic adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri).
Secara
keseluruhan, kebanyakan pakar merekomendasikan agar guru menciptakan atmosfer
kelas di mana murid dapat termotivasi secara intrinsic untuk belajar. Salah
satu pandangan dari motivasi intrinsic menekankan karakteristik determinasi
diri. Memberi murid beberapa pilihan dan memberi banyak kesempatan untuk
tanggung jawab personal akan meningkatkan motivasi intrinsic. Csikszentmihalyi
menggunakan istilah flow untuk
mendeskripsikan pengalaman hidup yang optimal, yang melibatkan penguasaan dan
konsentrasi kuat dalam suatu aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area di
mana murid ditantang dan menganggap diri mereka mampu menghadapuinya.
2. Motivasi
Ekstinsik
Motivasi
ekstrinsic adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk ke tujuan). Dalam beberapa
situasi, hadiah dapat melemahkan kinerja. Ketika hadiah dipakai, hadiah itu
harus mengandung informasi tentang penguasaan tugas, bahkan sebagai control
eksternal. Para periset telah menemukan bahwa saat murid berpindah dari SD ke
SMP dan SMA, motivasi intrinsic mereka terus menurun, terutama selama SMP.
Konsep kesesuaian lingkungan-person menimbulkan perhatian pada kurangnya kesesuaian
antara minat remaja pada kemandirian dan control sekolah yang makin ketat, yang
menyebabkan evaluasi dan sikap negative terhadap sekolah.
3. Teori
Atribusi
Teori
atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk menemukan sebab sebab dari
perilaku dalam rangka memahami perilaku. Weiner mengidentifikasi tiga dimensi
atribusi kausal :
1) Lokus
2) Stabilitas
3) Daya
control
Kombinasi
dari tiga dimensi ini menghasilkan penjelasan berbeda tentang kesuksesan dan
kegagalan. Orientasi penguasaan (mastery) berfokus pada yugas bukan pada
kemampuan, dan melibatkan sikap positif dan strategi berorientasi solusi.
Orientasi helpless fokus pada kelemahan personal, menghubungkan kesulitan
dengan kekurangan kemampuan, dan menunjukkan sikap negative (seperti bosan dan
rasa cemas). Orientasi kinerja memperhatijkan hasil daripada proses
pencapaiannya.
4. Kecakapan
Diri
Self
ecafacy adalah keyakian bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi
hasil positif. Bandura percaya bahwa kecakapaan diri adalah faktor penting yang
mempengaruhi prestasi murid. Schunk berpendapat bahwa kecakapan diri
mempengaruhi pilihan tugas oleh murid, dan bahwa murid dengan kecakapan yang
rendah mungkin akan menghindari banyak tugas pelajaran, terutama yang menantang
atau sulit. Strategi instruksional yang menekankan “aku bisa melakukannya” akan
bermanfaat bagi murid. Guru dengan kecakapn diri yang rendah menjadi bingu8ng
oleh problem di kelas. Menentukan tujuan yang spesifik, jangka pendek dan
menantang akan bermanfaat bagi kecakapan diri dan prestasi murid. Dweck dan
Nichols mendefinisikan tujuan dari segi fokus yang berhubungan dengan prestasi
langsung dan definisi sukses. Menjadi perencana yang baik berarti mampu
mengelola waktu secara efektif, menentukan priioritas, dan mampu menata.
Memberikan kesempatan pada murid untuk mengembangkan keahlian manajemen waktu
akan bermanfaat bagi pembelajaran dan prestasi mereka. Monitoring diri adalah
aspek utama dari pembelajaran dan prestasi.
5. Kecemasan
Kecemasan
yang tinggi dapat berasal dari ekspektasi orang tua yang tidak realistis.
Kecemasan murid bertambah ketika mereka semakin tua dan menghadapi banyak
evaluasi, perbandingan sosial, dan kegagalan (bagi beberapa murid). Program
kognitif yang mengganti pemikiran yang tidak merugikan diri sendiri dengan pemikiran
yang konstruktif dan positif akan lebih efektif untuk meningkatkan prestasi
ketimbang menggunakan program relaksasi.
6. Ekspektasi guru
Ekspektasi guru mampu sangat mempengaruhi motivasi dan
prestasi murid
C.
Menjangkau Murid yang Tidak Tertarik atau Teralienasi
Berikut ini beberapa cara untuk
mendekati murid yang tidak tertarik atau teralienasi (Brophy, 1998) :
- Kembangkan hubungan positif dengan murid. Jika murid yang tidak tertarik belajar itu tidak menyukai Anda, maka akan sulit untuk mengajaknya mencapai tujuan pembelajaran. Tunjukkan kesabaran, tetapi terus bantu murid dan dorong untuk terus maju walaupun kadang ada kemunduran atau penolakan.
- Buat suasana di sekolah menjadi menarik. Agar sekolah menjadi menarik bagi murid jenis ini, cari tahu apa yang menarik bagi jurid tersebut dan jika dimungkinkan masukkan minat murid itu dalam tugas untuk mereka.
- Ajari mereka strategi untuk membuat belajar menjadi menyenangkan. Bantu mereka memahami bahwa mereka sendirilah yang menyebabkan masalah, dan cari jalan untuk membimbing mereka agar bangga dengan hasil kerja keras mereka sendiri.
- Pertimbangkan penggunaan mentor. Pikirkan tentang kemungkinan penggunaan bantuan mentor dari komunitas atau dari murid yang lebih tua yang Anda percaya akan dihormati oleh murid yang tak tertarik atau teralienasi itu.
Resume 2 : Inteligensi
Inteligensi
A. Pandangan Awam Tentang Inteligensi
Inteligensi
adalah istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun memampuan
untuk memecahkan problem yg dihadapi.
Ciri-ciri perilaku :
1.
Inteligen tinggi : kemampuan untuk memahami
dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas
tinggi dan imajinasi yang berkembang
2.
Inteligen
rendah : perilaku lamban, tidak cepat mengerti, kurang mampu menyelesaikan
problem mental yang sederhana
B. Definisi Inteligensi Menurut Para Ahli
1.
Terman :
kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak
2.
Thorndike
: kemampuan dalam memberikan respon yg baik dari pandangan kebenaran atau fakta
3.
Wechsler : inteligensi sebagai totalitas kemampuan
seseorang utk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta
menghadapi lingkungan dengan efektif
4.
Flynn : kemampuan berpikir secara abstrak dan kesiapan
untuk belajar dari pengalaman
C. Perbedaan Pandangan Awam dengan Ahli
1.
Pandangan awam :
1. Kemamp praktis untuk pemecahan masalah
·
Nalar
yang baik
·
Melihat
hubungan diantara berbagai hal
·
Melihat
aspek permasalahan secara menyeluruh
·
Pikiran
terbuka
2.
Kemampuan verbal
·
Berbicara dg artikulasi yang baik dan fasih
·
Berbicara lancar
·
Punya pengetahuan di bidang tertentu
3.
Kompetensi sosial
·
Menerima orang lain seperti adanya
·
Mengakui kesalahan
·
Tertarik pada masalah sosial
·
Tepat waktu bila berjanji
4.
Pandangan ahli :
1. Kemamp praktis untuk pemecahan masalah
·
Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah
yg dihadapi
·
Mengambil keputusan tepat
·
Menyelesaikan masalah secara optimal
·
Menunjukkan pikiran jernih
2. Inteligensi verbal
·
Kosakata
baik
·
Membaca
dengan penuh pemahaman
·
Ingin
tahu secara intelektual
·
Menunjukkan
keingintahuan
3. Inteligensi Praktis
·
Tahu
situasi
·
Tahu
cara mencapai tujuan
·
Sadar
terhadap dunia sekeliling
·
Menunjukkan
minat terhadap dunia luar
D. Keberhasilan dalam belajar
1. Faktor internal
Fisik : panca
indera, kondisi fisik
Psikologis
- Non
Kognitif : (minat,motivasi,kepri)
- Kognitif
: bakat, inteligensi
2. Faktor
eksternal
Fisik :
Kondisi tempat belajar, sarana dan perleng-
kapan
belajar, materi belajar, kondisi lingk belj
Sosial :
dukungan sosial, pengaruh budaya
E. Faktor-faktor Inteligensi
1. William Stern
(Uni Factor Theory)/Teori kapasitas umum
Inteligensi
merupakan kapasitas atau kemampuan umum, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Kapasitas umum timbul akibat pertumbuhan
fisiologis dan akibat belajar.
2. Spearman : (Two Factors Theory)
Faktor
Umum (G faktor) yg menentukan apakah seseorang itu secara umum bodoh atau
pandai
Faktor
khusus (S faktor) yg menentukan kepandaian seseorang dalam bidang tertentu,
seperti fisika, bahasa
3. E.L. Thorndike
: Multi Factors Theory
Inteligensi
terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon.
Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu.
4. Thurstone: Primary
Mental Abilities (7 faktor)
l Pengertian
verbal
l Kemampuan
angka
l Penglihatan
keruangan
l Kemampuan
penginderaan
l Ingatan
l Penalaran
l Kelancaran
kata
5. Thomson
Inteligensi
mengandung banyak sekali faktor yg masing-masing bebas dan berdiri sendiri, tapi faktor yang
berfungsi pada suatu saat tertentu hanyalah sebagian kecil saja dari
keselluruhan faktor yg ada
F. Tes inteligensi
1. Tes Individual
a.
Tes Binet
Tahun 1904: Alfred Binet diminta pemerintah Prancis menyusun
metode untuk identifikasi anak yang tidak mampu belajar di sekolah (bersama
Theophile Simon). Tes ini disusun berdasarkan konsep inteligensi Stern .
hasilnya adalah anak yang kurang mampu belajar di sekolah umum akan dialihkan
ke sekolah khusus. Pada tahun 1905
berhasil disusun Skala dan terdiri dari 30 item.
Binet mengembangkan konsep :
Mental
Age (MA)
MA : usia mental, level perkembangan mental indv yg beraitan
dengan perkembangan lain
William Stern menciptakan konsep (1912)
Intellegence
Quotient (IQ) =
IQ = MA/CA X
100
·
Jika
usia mental sama dengan usia kronologis, IQ = 100
·
Usia
mental dapat berbeda dengan usia kronologis
·
Bila
usia mental di atas usia kronologis maka IQ > 100
·
Bila
usia mental di bawah usia kronologis maka IQ < 100
Tes Binet mengalami revisi berkali2,
disebut : Stanford-Binet . Tes binet untuk usia 2 tahun hingga dewasa.
b.
Skala
Wechsler Oleh David Wechsler
·
Memperkenalkan
IQ verbal dan IQ Performance
·
WPPSI-R:
Wechsler Preschool dan Primary Sale of Intelligence-Revised utk usia 4 – 6,5
thn
·
WISC-R:
Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised utk usia 6 – 16 thn
·
WAIS-R:
Wechsler Adult Intelligence Scale – Revised
2. Tes Kelompok
·
Lorge-Thorndike
Intelligence Tests
·
Kuhlman-Anderson
Intelligence Tests
·
Otis-Lennon
School Mental abilities
Tes Individual
-
Kurang ekonomis
-
Pemahaman murid akan
lebih baik
-
Dapat menyusun laporan
individual
-
Dapat mengukur tingkat
kecemasan murid
|
Tes kelompok
-
Lebih nyaman bg anak
-
Ekonomis
-
Pemahaman murid mungkin
terbatas
-
Tidak dapat disusun
laporan individual
-
Tidak dapat mengukur
tingkat kecemasan
murid
|
Reume 1 : Pendidikan Multikultural
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural
adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif
dari berbagai kelompok kultural
Pendidikan
multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman
budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).
Ibrahim,rustam
(2013) "PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya
dengan Tujuan Pendidikan Islam" 7
(1), 129
B.
Fokus Pendidikan Multikultural
Menurut James Banks yang dikenal sebagai perintis
pendidikan multikultural, penekanan dan perhatian difokuskan pada
pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada
mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa
siswa harus diajari memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan
konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang
berbda-beda (Banks, 1993).
C.
Ciri Pendidikan Multicultural
Tujuannya membentuk“manusia
budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya
2) materinya mengajarkan
nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai
kelompok etnis
3)
metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan
keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis
4)
evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik
yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah laku terhadap budaya lainnya
D.
Paradigma Pendidikan Multi cultural
Pendidikan
multi cultural menurut Zamroni (2011) adalah:
- pendidikan multikultural adalah jantung
untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi seluruh warga masyarakat.
- pendidikan multikultural bukan
hanya sekedar mengubah kurikulum saja ataupun perubahan metode belajar.
- pendidikan multikultural
mentransformasi kesadaran ke arah kemana transformasi praktik pendidikan
harus dituju.
- pengalaman menunjukan bahwa upaya
mempersempit kesenjangan pendidikan salah arah yang justru menciptakan
ketimpangan semakin membesar.
Paradigma
pendidikan multikultural bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan
intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan dalam
kehidupan bersama. Pendidikan multi cultural seharusnya diterapkan di Indonesia
mengingat bahwa masyarakatnya yang heterogen. Langkah awal dalam evaluasi
adalam merumuskan standar kompetensi pendidikan multikultural yang selanjutnya
dari standar kompetensi ini dijabarkan lebih lanjut dalam kompetensi dasar .
Kemajemukan
bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: horizontal dan vertikal.
Dalam perspektif horizontal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat
dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian,
makanan, dan budayanya. Sementara, dalam
perspektif vertikal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat
dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat
social budaya
E.
Pendekatan Pendidikan Multikultural
Menurut
Santrock :
1. Pengajaran yang relevan secara cultural
Pengajaran yang relevan secara
cultural adalah aspek penting dari pendidikan multicultural. Pengajaran ini
dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang cultural dari
pelajar.
- Pendidikan yang berpusat pada isu
Dalam pendekatan ini murud diajari
secara sistematis untuk mengkaji
isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini
tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan
konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.
Menurut
Hermandez ada 4 pendekatan untuk menerapkan pendidikan multikultural, yaitu:
- Pendekatan kontribusi
- Pendekatan tambahan
- Pendekatan transformasi
- Pendekatan aksi sosial
F.
Wacana Pendidikan Multikulturalisme
Di Indonesia wacana pendidikan multikultural masih
dipandang relatif baru dikenal sebagai metode pendekatan permasalahan bagi masyarakat
yang heterogin. Pada masa otonomi dan desentralsisasi yang telah diberlakukan
sejak 1999 hingga sekarang, pemberlakuan pendidikan multikultural sejalan
dengan misi pengembangan demokrasi yang dikonsepsikan melalui pelaksanaan
otonomi daerah.
Namun jika otonomisasi kekuasaan daerah tidak
dilaksanakan dengan baik justeru dapat menjerumuskan kita ke arah perpecahan.
Wacana pendidikan multikultural atau pendidikan
berwawasan multikulturalisme dimaksudkan untuk merespon dampak perkembangan
globalisasi, dan fenomena konflik etnis, sosial budaya, yang sering muncul di
kalangan masyarakat Indonesia yang berwajah multikultural.
Kerawanan konflik ini sewaktu – waktu bisa timbul akibat
suhu politik, agama, sosio budaya yang memanas. Penyebab konflik sangat
kompleks namun sering disebabkan karena perbedaan etnis, agama, ras.
Kasus perbedaan SARA yang pernah terjadi di tanah air
belum lama ini misalnya konflik Ambon, Poso, dan konflik etnis Dayak dengan
suku Madura di Sampit. Banyak lagi kasus semacam yang belum kita ketahui atau
belum terpublikasi media masa.
Pengalaman kejadian itu menjadi catatan bagi kita semua
terutama bagi kalangan pendidikan untuk mengkaji dan mencarikan jalan
pemecahannya. Peran pendidikan disini setidaknya memberikan penyadaran (consciousness)
kepada masyarakat bahwa pemecahan masalah melalui konflik bukan suatu cara
yang baik dan tidak perlu dibudayakan.
Untuk itu pendidikan formal harus mampu memberikan
tawaran-tawaran pembelajaran yang mencerdaskan, misalnya mendisain materi, metode,
kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat atau peserta didik akan pentingnya
sikap toleran, menghormati perbedaan suku, ras, agama dan budaya.
Pendidikan yang kini dibutuhkan bangsa Indonesia yang
multikultural adalah pendidikan yang memberikan peran sebagai media
transformasi budaya (transformation of culture) dan transformasi
pengetahuan (transformation of knowledge). Selama ini pendidikan di
Indonesia lebih berorientasi pada perannya sebagai media transformasi
pengetahuan.
Daftar
Pustaka
Santrock, J.W. 2004. Psikologi
Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media
Banks, James A.
(2002). An introduction to multicultural education. Boston: Allyn and
Bacon.
Hermandez,
2001. Multicultural Education. A Teacher’s Guide to Linking
Context, Process, and
Content (2nd
ed). New York, Culombia, Ohio, USA: Merril Prentice Hall.
Mamesha, A. (2017, 4
2). Paradigma pendidikan. Retrieved from academia.edu:
http://www.academia.edu/7259216/PARADIGMA_PENDIDIKAN_BERWAWASAN_GLOBAL